Filsafat matematika adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala halyang menyangkut landasan matematika serta hubungan matematika dengan segalasegi dari kehidupan manusia. Landasan itu mencakup berbagai konsep pamgkal,anggapan dasar, asa permulaan, struktur teoritis, dan ukuran kebenaran. Sampai sekarang para filsuf dan ahli matematika masih mencoba merumuskan apasesungguhnya matematika itu. Banyak definisi matematika telah dikemukakan,namun banyak pula sanggahannya.
Filsafat
matematika adalah cabang dari filsafat yang mengkaji
anggapan-anggapanfilsafat, dasar-dasar, dan dampak-dampak matematika.
Tujuan dari filsafat matematikaadalah untuk memberikan rekaman sifat dan
metodologi matematika dan untukmemahami kedudukan matematika di dalam kehidupan
manusia. Sifat logis danterstruktur dari matematika itu sendiri membuat
pengkajian ini meluas dan unikdi antara mitra-mitra bahasan filsafat lainnya.
Filsafat matematika mempunyai
tujuan untuk menjelaskan dan menjawab tentang kedudukandan dasar dari obyek dan
metode matematika yaitu menjelaskan apakah secaraontologism obyek matematika
itu ada, dan menjelaskan secara epistemologisapakah semua pernyataan matematika
mempunyai tujuan dan menentukan suatukebenaran. Mengingat bahwa hukum-hukum
alam dan hukum-hukum matematikamempunyai kesamaan status, maka obyek-obyek pada
dunia nyata mungkin dapatmenjadi pondasi matematika. Tetapi ini masih menjadi
pertanyaan besar untuk dijawab.
Walaupun beberapa
pemikir pada filsafat moderndari matematika menolak bagi keberadaan pondasi di
dalam matematika, namunbebarapa filsuf masih tetap menaruh perhatian kepada
kegiatan kognisi manusiasebagai basis bagi diletakkannya fondamen matematika.
Mereka mencoba meletakkandasar matematika pada kegiatan kognisi manusia,
seperti yang dilakukan ImmanuelKant, bukan pada obyek di luar matematika.
Filsuf matematika yang
dikenalkan di sini adalah Pythagoras, Plato, Aristoteles, Leibniz, danKant.
Doktrin Pythagoras antara lain bahwa fenomena yang tampak berbeda dapatmemiliki
representasi matematis yang identik (cahaya, magnet, listrik – sebagaigetaran –
dapat memiliki persamaan diferensial yang sama). Aristotelesmenekankan,
menemukan ‘dunia permanen’ merupakan realita daripada ‘apa yangtampak’. Aristoteles
lebih menekankan pada ‘absraksi’ daripada ‘apa yangtampak’. Leibniz dan Kant
menekankan pada proposisi matematis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar